SI MANIS DARI CELEBES (PUTIH, LEMBUT, HALUS, TERTUTUP DAN RAPI), TENTANG SEBUAH IDAMAN


Dalam kehidupan sejatinya masing masing manusia itu berbeda satu dengan yang lainnya, Sesuai konsep hukum identitas bahwa A hanya sama dengan A itu sendiri. Namun tidak bisa dipungkuri dibalik perbedaan itu ada beberpa persamaan diantara mereka, bisa jadi sifat, kebiasaan, maupun selera.

Berbicara persoalan selera semua orang memiliki seleranya masing-masing, namun yang banyak diminati diera serba instan ini adalah sesuatu yang sudah agak langka dan sudah jarang bisa didapatkan.

Seperti pada sebuah kalimat "Sudah putih, lembut, halus, tertutup, rapi, manis lagi" adalah sebuah sosok yang mendekati kesempurnaan dan menjadi idaman bagi kebanyakan orang, Namun kehadirannya sudah jarang dijumpai ditengah masyarakat saat ini. Kedatangannya biasanya hanya pada acara-acara tertentu misalnya pada acara perhelatan akikah ataupun pernikahan yang diadakan di beberapa daerah yang ada di sulawesi saat ini.

Konon sosok seperti ini menjadi sosok yang penting dan harus ada pada setiap upacara upacara adat, tudang sipulung, maupun pertemuan raja raja pada kerajaan terdahulu. Karena selalu dijadikan sebagai hidangan penutup dari pertemuan pertemuan ataupun acara acara yang telah dilaksankaan tersebut.

Dari bahan dasar pisang sehingga membuatnya manis dan lembut, ditambah santan dan telur sehingga membuatnya putih kekuning kuningan dan halus, kemudian dibungkus dengan daun pisang yang membuatnya rapi dan tertutup.

Dialah Barongko, salah satu makanan khas dari Sulawesi yang berbentuk agap mirip limas segiempat namun bedanya dia memiliki 2 titik puncak. Nama barongko sudah dikenal dikalangan masyarakat khususnya di sulawesi, namun diahir tahun 2018 sebagian orang menamai makanan ini adalah barongki, mungkin karena beberapa daerah di sulawesi memandang bahwa kata ko itu tidak terlalu sopan digunakan sehingga barongko berubah menjadi barongki. Hal ini merujuk kembali pada salah satu semboyang kita tentang sipakatau yang artinya saling memanusiakan, pada salah satu poinnya yaitu tentang kesopanan.

Akan tetapi sipakatau yang dimaksud disini dari kata dasar Tau artinya orang atau manusia, dalam artian bahwa sipakatau itu hanya dalam lingkup kemanusiaan atau sesama manusia tidak termasuk dalam penamaan benda mati ataupun sejenis makanan.

Mau Barongko ataupun Barongki sebenarnya bukan menjadi permasalahan, tetapi yang menjadi masalah itu ketika orang- orang yang ahli dalam membuat barongko sudah tidak mau lagi membuatnya, sehingga lama kelamaan barongko tidak bisa lagi didapatkan baik di pasar pasar tradisional maupun pada acara acara besar di sulawesi.

Dan hal tersebut sudah nampak diera serba instan saat ini, dimana yang ahli/tau dalam membuat makanan tersebut hanya orang-orang tertentu saja yang boleh dikatakan sudah berusia tua. Anak-anak sekarang hanya tau cara makannya saja tanpa mau meduli bagaimana cara membuatnya karna sudah disuguhkan dengan berbagai makanan siap saji.

Begitulah kira-kira tentang si manis dari celebes (makanan tradisional) yang perlu dilestarikan keberadaannya.

Oleh : I R F A N (Kallolona Bone)

5 Comments